PRAKTIKUM II.2
Topik : Denaturasi Protein
Tujuan : Untuk
mempelajari proses denaturasi protein pada berbagai sumber albumin.
Hari/ Tanggal : Jum’at/ 24 April 2015
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA
FKIP UNLAM Banjarmasin
I.
ALAT
DAN BAHAN
A.
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Gelas ukur 10 ml
5. Gelas kimia 250 ml
6. Waterbath
B.
Bahan :
1.
Larutan
albumin (telur itik tambak, telur itik pantai, telur ayam ras, telur
ayam kampung, telur puyuh, telur itik jawa dan telur penyu)
2.
Buffer asetat
pH 4,8 (1 M)
3.
HCl 0,1 M
4.
NaOH 0,1 M
5.
Air
II.
CARA
KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menyiapkan tabung reaksi dengan urutan sebagai
berikut :
Tabung
|
1
|
2
|
3
|
Larutan albumin
|
9 ml
|
9 ml
|
9 ml
|
Buffer asetat pH 4,8
|
-
|
-
|
1 ml
|
HCl 0,1 M
|
1 ml
|
-
|
-
|
NaOH 0,1 M
|
-
|
1 ml
|
-
|
3.
Menempatkan ketiga tabung dalam
waterbath selama 15 menit dengan suhu 920C dan didinginkan pada
temperatur kamar. Mengamati tabung mana yang mengalami pengendapan.
4.
Untuk tabung-tabung (1) dan
(2), menambahkan 10 ml buffer asetat pH 4,7.
5.
Membuat tabel pengamatan dan menuliskan
hasilnya.
III.
TEORI
DASAR
Protein mempunyai
molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan
cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam
amino. Protein dan asam amino dalam larutan mempunyai pH isoelektronik, yaitu
suatu harga pH dimana derajat kelarutannya paling kecil. Dalam keadaan normal
protein mempunyai bentuk molekul konfigurasi tertentu berdasarkan pada lipatan
serta ikatan disulfa dan ikatan hidrogen yang ada.
Suatu rantai protein
biasanya mengacu pada suatu biopolymer dengan berat molekul lebih besar dari
beberapa ribu. Tiap protein mempunyai urutan sisa asam amino tertentu dalam
rantainya, yang sebagian besar menentukan sifat-sifat biologis dan
fisiokimianya.
Beberapa protein
juga dapat larut dalam air, seperti keratin rambut dan kulit tidak dapat larut
dalam semua sistem berair. Banyak protein telah pecah dan dimurnikan
berdasarkan atas ukuran molekul dan kelrutannya. Proses denaturasi yang terjadi
itu dapat terjadi oleh banyak bahan. Termasuk di dalamnya adalah panas dan
bahan kimia yang merusak ikatan hidrogen dalam protein tersebut.
Terdapat banyaknya konformasi antara asli molekul
protein dan konformasi dimana protein ada dalam keadaan rambang semurna
meruang. Pada konformasi terakhir ini, protein dikatakan mengalami denaturasi
sempurna. Akan tetapi, terjadinya keadaan rambang sempurna rantai protein tidak
harus berarti hilangnya fungsi biologis. Fungsi biologis memiliki aktivitas
maksimum pada keadaan aslinya, dan suatu perubahan dalam struktur yang
menyebabkan hilangnya fungsi alami protein tersebut.
IV.
HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil Pengamatan
No.
|
Larutan Protein
|
Sebelum dipanaskan
|
Setelah di panaskan
|
1
|
Telur itik tambak + HCl
Telur itik tambak + NaOH
|
bening
bening
|
kental
kental
|
2
|
Telur itik pantai + HCl
Telur itik pantai + NaOH
|
bening
bening
|
mengental
mengental
|
3
|
Telur ayam ras + HCl
Telur ayam ras + NaOH
|
kuning keruh
kuning keruh
|
mengental
mengental
|
4
|
Telur ayam kampung + HCl
Telur ayam kampung +
NaOH
|
keruh
keruh
|
mengental
mengental
|
5
|
Telur penyu + HCl
Telur penyu + NaOH
|
bening
bening
|
cair menggumpal
cair menggumpal
|
6
|
Telur puyuh + HCl
Telur puyuh + NaOH
|
bening
bening
|
mengental
mengental
|
7
|
Telur puyuh + HCl
Telur puyuh + NaOH
|
bening
bening
|
mengental
mengental
|
V.
ANALISIS DATA
Protein
merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh
karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam
makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
Ditinjau dari strukturnya protein dapat
dibagi dalam dua golongan besar yaitu
protein sederhana ialah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul
asam amino, sedangkan protein gabungan ialah protein yang terdiri atas protein
dan gugus bukan protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid, atau
asam nukleat
Dari hasil
pengamatan tentang denaturasi protein yang menggunakan 7 macam telur yaitu telur itik tambak, telur itik pantai, telur ayam ras, telur ayam kampung, telur penyu, telur puyuh dan telur itik jawa ditemukan terjadi perubahan – perubahan sebagai
berikut :
A.
Larutan putih telur 9 ml + HCL 1 ml + Buffer asetat pH 4,7(1 M)
Pada tabung pertama dengan
menggunakan bahan putih telur yang dicampur HCL 1 ml. Pada percobaan pertama
yaitu masing –masing putih telur 9 ml
yang berada pada tabung reaksi ditetesi HCL 1 ml, setelah di homogenkan hasil yang didapatkan sebelum dan setelah dipanaskan serta setelah
ditetesi buffer asetat adalah:
1)
Telur itik tambak
Pada putih telur itik tambak 9 ml yang
ditambah dengan HCL 1 ml sebelum
dipanaskan berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih dan mengental. Setelah
ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi perubahan (masih mengental) artinya
proses denaturasi berjalan sempurna.
2)
Telur itik pantai
Pada putih telur itik pantai 9 ml yang ditambah dengan HCL 1
ml sebelum dipanaskan
berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih susu dan menjadi kental.
Setelah ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi perubahan (tetap mengental),
artinya proses denaturasi berjalan sempurna.
3)
Telur ayam ras :
Pada putih telur ayam ras 9 ml yang
ditambah dengan HCL 1 ml sebelum
dipanaskan berwarna kuning keruh. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath
pada suhu 92o C selama 15 menit warna larutan berubah menjadi putih
susu dan menjadi kental. Setelah ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi
perubahan (tetap mengental), artinya proses denaturasi berjalan sempurna.
4)
Telur ayam kampung:
Pada
putih telur ayam kampung 9 ml yang ditambah dengan HCL 1 ml sebelum dipanaskan berwarna kuning keruh. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih susu dan menjadi kental.
Setelah ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi perubahan (tetap mengental),
artinya proses denaturasi berjalan sempurna.
5)
Telur penyu :
Pada
putih telur penyu 9 ml yang ditambah dengan HCL 1 ml sebelum dipanaskan berwarna keruh. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath
pada suhu 92o C selama 15 menit warna larutan berubah menjadi kuning
keruh dan menggumpal pada bagian dasar nya. Setelah ditetesi Buffer Asetat 10
ml tidak terjadi perubahan (tetap menggumpal pada bagian dasarnya), artinya
proses denaturasi berjalan sempurna.
6)
Telur puyuh :
Pada
putih telur puyuh 9 ml yang ditambah dengan HCL 1 ml sebelum dipanaskan berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih susu dan menjadi kental.
Setelah ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi perubahan (tetap mengental),
artinya proses denaturasi berjalan sempurna.
7)
Telur itik
jawa :
Pada putih telur puyuh
9 ml yang ditambah dengan HCL 1 ml sebelum dipanaskan berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath
pada suhu 92o C selama 15 menit warna larutan berubah menjadi putih
susu dan menjadi kental. Setelah ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi
perubahan (tetap mengental), artinya proses denaturasi berjalan sempurna.
B.
Larutan putih telur 9 ml + NaOH 1 ml + Buffer asetat pH 4,7 (1 M)
Pada tabung kedua bahan yang digunakan adalah putih
telur seperti pada tabung pertama, tetapi bahan lain yang digunakan adalah
NaOH. Pada percobaan pertama yaitu masing –masing putih telur 9 ml yang berada
pada tabung reaksi masing-masing ditetesi NaOH 1 ml, setelah di kocok hasil
yang didapatkan sebelum dan setelah dipanaskan serta setelah ditetesi buffer
asetat adalah:
1) Telur itik tambak
Pada putih telur
itik tambak 9 ml yang ditambah dengan NaOH 1 ml sebelum dipanaskan berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama 15 menit warna larutan
berubah menjadi putih dan mengental. Setelah ditetesi Buffer
Asetat 10 ml tidak terjadi perubahan (masih mengental) artinya proses
denaturasi berjalan sempurna.
2) Telur itik pantai
Pada putih telur itik pantai 9 ml yang ditambah dengan NaOH 1 ml sebelum dipanaskan berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih susu dan menjadi kental.
Setelah ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi perubahan (tetap mengental),
artinya proses denaturasi berjalan sempurna.
3) Telur ayam ras :
Pada putih telur ayam ras 9 ml yang
ditambah dengan NaOH 1 ml sebelum
dipanaskan berwarna kuning keruh. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath
pada suhu 92o C selama 15 menit warna larutan berubah menjadi putih
susu dan menjadi kental. Setelah ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi
perubahan (tetap mengental), artinya proses denaturasi berjalan sempurna.
4) Telur ayam kampung:
Pada
putih telur ayam kampung 9 ml yang ditambah dengan NaOH 1 ml sebelum dipanaskan berwarna kuning keruh. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih susu dan menjadi kental.
Setelah ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi perubahan (tetap mengental),
artinya proses denaturasi berjalan sempurna.
5) Telur penyu :
Pada
putih telur penyu 9 ml yang ditambah dengan NaOH 1 ml sebelum dipanaskan berwarna keruh. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath
pada suhu 92o C selama 15 menit warna larutan berubah menjadi kuning
keruh dan menggumpal pada bagian dasar nya. Setelah ditetesi Buffer Asetat 10
ml tidak terjadi perubahan (tetap menggumpal pada bagian dasarnya), artinya
proses denaturasi berjalan sempurna.
6) Telur puyuh :
Pada
putih telur puyuh 9 ml yang ditambah dengan NaOH 1 ml sebelum dipanaskan berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih susu dan menjadi kental.
Setelah ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi perubahan (tetap mengental),
artinya proses denaturasi berjalan sempurna.
7) Telur itik jawa :
Pada putih telur puyuh 9 ml yang ditambah
dengan HCL 1 ml sebelum
dipanaskan berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath
pada suhu 92o C selama 15 menit warna larutan berubah menjadi putih
susu dan menjadi kental. Setelah ditetesi Buffer Asetat 10 ml tidak terjadi
perubahan (tetap mengental), artinya proses denaturasi berjalan sempurna
C.
Larutan putih telur 9 ml + Buffer Asetat 10 ml
Pada tabung ketiga bahan yang digunakan masih putih
telur seperti pada tabung kedua, tapi bahan yang dicampurkan adalah buffer
asetat dengan pH 4,7 (1 M) sebanyak
10 ml. Pada percobaan pertama yaitu masing –masing putih telur 9 ml yang berada
pada tabung reaksi masing-masing ditetesi Buffer Asetat, setelah di homogenkan warna yang
dihasilkan sebelum dan setelah dipanaskan pada waterbath adalah adalah:
1) Telur itik tambak
Pada putih telur itik tambak 9 ml yang
ditambah Buffer Asetat 10 ml sebelum dipanaskan
berwarna bening. Namun
sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih dan mengental.
2) Telur itik pantai
Pada putih telur itik pantai 9 ml yang ditambah dengan Buffer Asetat 10 ml sebelum dipanaskan berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath
pada suhu 92o C selama 15 menit warna larutan berubah menjadi putih
susu dan menjadi kental.
3) Telur ayam ras :
Pada putih telur ayam ras 9 ml yang
ditambah dengan Buffer Asetat 10 ml sebelum dipanaskan
berwarna kuning keruh. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath
pada suhu 92o C selama 15 menit warna larutan berubah menjadi putih
susu dan menjadi kental.
4) Telur ayam kampung:
Pada
putih telur ayam kampung 9 ml yang ditambah dengan Buffer Asetat 10 ml sebelum dipanaskan berwarna kuning keruh. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih susu dan menjadi kental.
5) Telur penyu :
Pada
putih telur penyu 9 ml yang ditambah dengan Buffer Asetat 10 ml sebelum dipanaskan berwarna keruh. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath
pada suhu 92o C selama 15 menit warna larutan berubah menjadi kuning
keruh dan menggumpal pada bagian dasar nya.
6) Telur puyuh :
Pada
putih telur puyuh 9 ml yang ditambah dengan Buffer Asetat 10 ml sebelum dipanaskan berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih susu dan menjadi kental.
7) Telur itik jawa :
Pada putih telur puyuh 9 ml yang
ditambah dengan Buffer Asetat 10 ml sebelum dipanaskan
berwarna bening. Namun sesudah dipanaskan pada waterbath pada suhu 92o C selama
15 menit warna larutan berubah menjadi putih susu dan menjadi kental.
Berdasarkan
percobaan di atas, penambahan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M serta buffer asetat 1 M
ke dalam larutan albumin berbagai jenis telur, disini menghasilkan larutan yang
mengalami koagulasi (penggumpalan). Akan tetapi, ada larutan yang koagulasinya
sempurna dan koagulasinya yang tidak sempurna. Terjadinya koagulasi yang merata
atau sempurna ini menunjukkan bahwa larutan albumin tersebut mengalami proses
denaturasi. Terjadinya denaturasi pada larutan albumin dalam percobaan
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1.
Suhu tinggi, yang diakibatkan
oleh adanya pemanasan.
2.
Keasaman, yaitu terjadinya perubahan pH yang
sangat ekstrim.
3.
Adanya
pengaruh mekanik, seperti guncangan.
Faktor-faktor itulah yang membuat larutan albumin terdenaturasi. Koagulasi
yang terjadi pada larutan albumin tidak akan dapat kembali seperti semula
walapun sudah didinginkan. Proses denaturasi protein ini merubah fisik protein
sehingga dapat menghilangkan sifat kelarutannya. Pada percobaan diatas menunjukkan terjadinya proses denaturasi yang terjadi
pada protein yang terkandung pada albumin telur. Denaturasi adalah perubahan
struktur protein dimana pada keadaan terdenaturasi sempurna, hanya struktur
primer protein saja yang tersisa, protein tidak lagi memiliki struktur
sekunder, tersier dan quarterner. Akan tetapi, belum terjadi pemutusan ikatan
peptida pada kondisi terdenaturasi sempurna ini. Denaturasi. protein yang
berlebihan dapat menyebabkan insolubilisasi yang dapat mempengaruhi sifat-sifat
fungsional protein yang tergantung pada kelarutannya. Kebanyakan protein
terdenaturasi jika dipanasakan pada suhu yang tinggi (60-90oC).
Denaturasi protein juga dapat terjadi pada suasana asam (pH < 5,0). Protein memiliki kelarutan minimum pada titik isoelektriknya,
sehingga akan mudah mengendap pada pH tersebut.
Denaturasi dapat terjadi oleh banyak bahan.
Termasuk di dalamnya adalah panas dan bahan kimia yang merusak ikatan hydrogen
dalam protein tersebut. Terdapat banyaknya konformasi antara asli molekul
protein dan konformasi dimana rantai protein ada dalam keadaan rambang sempurna
meruang. Pada konformasi terakhir ini, protein dikatakan mengalami denaturasi
sempurna. Akan tetapi, terjadinya keadaan rambang sempurna rantai protein tidak
harus berarti hilangnya fungsi biologis. Fungsi biologis memiliki aktivitas
maksimum pada keadaan aslinya, dan suatu perubahan dalam struktur yang
menyebabkan hilangnya fungsi alami protein tersebut.
Dalam percobaan dipergunakannya buffer atau larutan
penyangga asam asetat pH 4,8 (1 M) adalah sebagai pembanding dengan senyawa
NaOH dan senyawa HCl, untuk melihat terjadinya denaturasi yang sempurna ataupun
tidak. Larutan penyangga ini
merupakan larutan yang mampu mempertahankan pH-nya meskipun ke dalamnya
dilakukan penambahan sedikit asam seperi penambahan HCl ataupun sedikit basa
sepeti penambahan NaOH.
VI.
KESIMPULAN
1.
Denaturasi adalah perubahan
struktur protein dimana pada keadaan terdenaturasi sempurana, hanya struktur
primer protein saja yang tersisa, protein tidak lagi memiliki struktur
sekunder, tersier dan quarterner. Akan tetapi, belum terjadi pemutusan ikatan
peptida pada kondisi terdenaturasi sempurna ini.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi
protein, seperti :
1.
Suhu yang tinggi.
2.
Pengaruh pH.
3.
Pengaruh mekanik.
4.
Pengaruh
zat-zat kimia tertentu.
3. Pada percobaan, larutan albumin yang
terdenaturasi sempurna adalah telur itik pantai, telur itik tambak, telur ayam
kampung, telur ayam ras, dan telur puyuh sedangkan yang tidak terdenaturasi
secara sempurna adalah telur penyu.
4. Larutan albumin akan mengalami proses
denaturasi yang tidak sempurna apabila tingkat kandungan albumin yang terdapat
dalam larutan tersebut tinggi.
5. Insolubilisasi dapat terjadi apabila terdapat protein yang
berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Iswari, Retno sri dan Ari Yuniastuti. 2006. Biokimia. Graha Ilmu : Yogyakarta
Noorhidayati, Hardiansyah, dan Riya
Irianti. 2015. Penuntun Praktikum
Biokimia. Jurusan PMIPA FKIP UNLAM : Banjarmasin
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas
Indonesia : Jakarta
Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta
LAMPIRAN
Soal :
1.
Sifat fisik
apa dari protein yang mempengaruhi kelarutan dari protein dalam percobaan ini ?
2.
Metode lain
apakah yang digunakan untuk denaturasi protein ?
3.
Perubahan
kimia apa yang berhubungan dengan denaturasi telur ?
Jawaban pertanyaan :
1. Sifat fisik protein yang mempengaruhi kelarutan
dari protein dalam percobaan ini adalah ikatan peptida. Ikatan peptida akan
terputus pada kondisi terdenaturasi sempurna. (
Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Giji.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
)
2. Metode lain yang dapat di gunakan untuk denaturasi
protein adalah yaitu pemberian urea, alkohol, ditergen
dan sebagainya. ( Winarno, F.G. Kimia
Pangan dan Giji. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. )
3. Perubahan kimia yang berhubungan dengan denaturasi
telur adalah perubahan atau modifikasi terhadap
struktur skunder, tersier dan kuartener terhadap molekul protein tanpa
terjadinya pemecahan ikatan kovalen. Pemekaran atau penngembangan molekul
protein yang terdenaturasi akan membuka gugus reaktif yang ada pada rantai
polipeptida. Selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus reaktif
pada rantai polipeptida. Selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus
reaktif yang sama atau yang berdekatan. Bila unit ikatan yang terbentuk cukup
banyak sehingga protein tidak lagi terdisfersi sebagai suatu yang koloid. ( Winarno, F.G. Kimia Pangan
dan Giji. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar