PRAKTIKUM III
Topik : Tata
Letak Daun, Rumus Daun, dan Diagram Daun
Tujuan : Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menentukan
rumus daun serta menggambar bagan dan
diagram daun.
Hari / tanggal : Sabtu / 7 Maret 2015
Tempat :
Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
I.
ALAT DAN BAHAN
A.
Alat :
1.
Alat tulis
2.
Baki / nampan
B.
Bahan :
1.
Ranting
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
2.
Ranting
Alamanda (Allamanda
cathartica L.)
3.
Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
4.
Tumbuhan Bayam (Amaranthus
spinosus L.)
5.
Tanaman Pepaya (Carica
papaya L.)
II.
CARA KERJA
1.
Mengamati duduk daun pada
ranting, cabang atau batang (tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan, berkarang, roset batang, roset akar,
monospirostik, trispirostik).
2.
Menghitung rumus daun : 1/2,
2/5, 3/8, dst.
3.
Menggambar
bagan dan diagram daun
III.
TEORI DASAR
Daun-daun pada suatu tumbuhan
biasanya terdapat pada batang atau cabangnya, ada kalanya daun berjejal-jejal
pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya
daun-daun pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk
mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi
mengelilingi batang a kali, dan
jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b,
juga dinamakan rumus daun atau divergensi.
Pecahan a/b selanjutnya dapat
menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada
bidang datar. Jarak antara kedua daun pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600,
yang disebut dengan sudut divergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat
terdiri dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dan seterusnya. Untuk
menjelaskan tata letak daun, dapat dilakukan dengan bagan tata letak daunnya.
A. Bagan Tata Letak Daun
Untuk membuat bagan
tata letak daun, batang tumbuhan digambar secara silinder dan padanya digambar
membujur orostik-orostiknya, demikian pula pada buku-buku batangnya.
B. Diagram Tata Letak Daun
Untuk membuat diagram tata letak
daun, batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan
buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada
bidang-bidang datar, maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran
tadi.
C.
Spirostik dan Parastik
Pada suatu tumbuhan, garis-garis
orostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan
arahnya karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan sangat karakteristik
ialah orostik menjadi garis spiral yang nampak melingkar batang pula. Dalam
keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti orostik yang
telah berubah menjadi garis spiral tadi, yang diberi nama lain spirostik.
Bagian tumbuhan yang tata letak
daunnya cukup rapat, daun-daunnya seakan-akan mengikuti garis spiral ke kiri
atau ke kanan. Garis spiral dengan arah putaran ke kiri dan ke kanan
menghubungkan daun-daun yang menurut ke arah samping (mendatar, horizontal)
mempunyai jarak terdekat. Garis-garis itu disebut parastik.
IV.
HASIL PENGAMATAN
1.
Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
· Gambar hasil pengamatan
Keterangan :
1. Tangkai
2. Daun
3. Bunga
Tata Letak daun Tersebar.
· Menurut literatur
Keterangan :
1. Tangkai
2. Daun
3. Bunga
sumber : anonim a.2015
·
Bagan Daun
Bagan Daun Kembang
sepatu dengan rumus 2/5:
·
Diagram daun
Diagram Daun Kembang Sepatu dengan rumus 2/5 dengan sudut
divergensi 2/5 x 360 = 144o :
2.
Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
· Gambar hasil pengamatan
Keterangan
:
1.
Tangkai
2.
Daun
3.
Bunga
Tata letak daun : Berkarang
· Menurut literatur
Keterangan
:
1.
Tangkai
2.
Daun
3.
Bunga
sumber : anonim b.2015
3.
Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
· Gambar hasil pengamatan
Keterangan
:
1. Daun
Tata letak daun Trispirotik ( memiliki 3 spirotik).
Tumbuhan Pandan termasuk roset akar.
· Menurut literatur
Keterangan
1. Daun
sumber : anonim c.2015
4.
Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
· Gambar hasil pengamatan
Keterangan :
1.
Tangkai
2.
Daun
3.
Bunga
Tata letak daun adalah tunggal
tersebar.
· Menurut literatur
Keterangan :
1.
Tangkai
2.
Daun
3.
Bunga
sumber : anonim d.2015
·
Bagan Daun
Bagan daun tanaman bayam dengan rumus 2/5
·
Diagram daun
Diagram daun
tanaman bayam dengan rumus 2/5 dengan sudut divergensi 2/5
x 360 = 144o
5.
Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
· Gambar hasil pengamatan
Keterangan
:
1.
Tangkai
2.
Daun
3.
Batang
Tata letak daun adalah tunggal
tersebar.
· Menurut literatur
Keterangan
:
1.
Tangkai
2.
Daun
3.
Buah
4.
Batang
sumber
: anonim e.2015
·
Bagan Daun
Bagan Daun
Pepaya dengan rumus 3/8 :
·
Diagram daun
Diagram Daun Pepaya dengan rumus 3/8 dengan sudut
divergensi 3/8 x 360 = 135o :
V.
ANALISIS DATA
1.
Tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub Classis : Dilleniidae
Ordo :
Malvales
Familia : Malvaceae
Genus :
Hibiscus
Species : Hibiscus
rosa-sinensis L.
( Sumber : Cronquist.1981)
Berdasarkan hasil pengamatan , tata
letak daun kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis) pada batang adalah tersebar (folia sparsa) yang mana
pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun. Rumus untuk daun ini
adalah 2/5. Hal ini berarti untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun
permulaan garis spiral mengelilingi batang dua kali, dan jumlah daun yang
dilewati selama itu adalah lima daun.
Dengan menggunakan rumus daun maka
sudut divergensinya akan dapat ditentukan. Misalnya dari rumus daun 2/5 ini,
diperoleh sudut sebesar 144o perlu dilewati satu buah ortostik dalam
menggambar bagan atau diagram daunnya.
2.
Tanaman Alamanda (Allamanda
cathartica L.)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Sub Classis : Asteriidae
Ordo :
Gentiales
Familia :
Apocynaceae
Genus :
Allamanda
Species : Allamanda cathartica L.
( Sumber : Cronquist.1981)
Berdasarkan hasil pengamatan , tata
letak daun alamanda (Allamanda cathartica L.) adalah berkarang (folia
verticillata) yang mana pada tiap
buku buku batang terdapat lebih dari dua daun. Dalam
satu karang daun alamanda berjumlah 3-4. Karena tata letak daunnya yang berkarang maka daun alamanda tidak dapat
ditentukan rumus daunnya. Tetapi pada duduk daunnya memperlihatkan ortostik-ortostiknya yang
menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain. Sedangkan garis
spiralnya memutar kekiri dan kanan menghubungkan daun-daun yang menurut arah ke
samping mempunyai jarak terdekat. Garis-garis spiral ini yang disebut parastik.
3.
Tumbuhan Pandan (Pandanus
sp.)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Sub Classis :
Arecidae
Ordo :
Pandanales
Familia :
Pandanaceae
Genus :
Pandanus
Species : Pandanus sp
( Sumber : Cronquist.1981)
Berdasarkan hasil pengamatan, tata letak daun pada tanaman pandan mengikuti garis-garis ortostik
yang telah berubah menjadi garis spiral yang melingkari batang atau dapat
dikatakan karena terjadi pertumbuhan batang yang tidak lurus melainkan memutar,
akibatnya ortostiknya ikut memutar yang disebut spirostik. Batang tanaman
pandan memperlihatkan tiga spirostik (trispirostik) yang oleh karenanya tanaman
pandan tidak dapat ditentukan rumus daunnya
4.
Tumbuhan Bayam (Amaranthus
spinosus L.)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Subclassis : Caryophyllidae
Ordo :
Caryophyllales
Familia : Amaranthaceae
Genus :
Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus L
(Sumber: Cronquist.1981)
Berdasarkan
hasil pengamatan, tata letak daun bayam adalah tunggal tersebar (folia sparsa) yang mana pada tiap-tiap
buku-buku batang bayam terlihat hanya terdapat satu daun saja. Rumus daun pada
tanaman bayam 2/5 yang mana untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun
permulaan garis spiral yang mengelilingi batang sebanyak dua kali, dan jumlah
daun yang dilewati selama itu adalah lima buah daun, maka perbandingan kedua
bilangan tadi akan didapat pecahan 2/5 dengan sudut disvergensi sebesar 144o.
5.
Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Sub classis : Dilleniidae
Ordo :
Violales
Familia :
Caricaceae
Genus :
Carica
Species :
Carica papaya L.
(Sumber: Cronquist.1981)
Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman pepaya (Carica
papaya L.) memiliki batang yang memperlihatkan bekas-bekas daunnya dengan bentuk daun
menjari dan batang yang berbentuk silindris atau bulat.
Tanaman pepaya memiliki tata letak daun tunggal tersebar dan
mempunyai rumus daun 3/8, yang mana untuk mempertemukan daun yang satu dengan yang lain yang terletak
dalam satu garis yang sama harus mengelilingi batang sebanyak 3 putaran, dan
pada saat melakukan tiga kali putaran jumlah daun yang dilaluinya adalah
berjumlah delapan dan perhitungannya dimulai dari angka nol. Karena rumus daunnya didapatkan maka dapat
dihitung sudut divergensi 3/8
x 360 yaitu 1350.
VI.
KESIMPULAN
1.
Tata letak daun pada tumbuhan
tingkat tinggi terbagi menjadi tiga, yaitu: berhadapan-berselang, tersebar, dan
berkarang.
2.
Rumus daun dapat dilihat dari
daun yang sejajar dengan berpatokan pada tercapainya garis tegak lurus dengan
daun yang mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama yang
merupakan b. Sehingga rumus daun adalah a/b.
3.
Untuk membuat bagan tata letak
daun, batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar
membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula buku-buku batangnya.
4.
Untuk membuat diagram tata
letak daun , batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut memanjang , dengan
buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna . Jika diproyeksikan pada
bidang datar, maka buku-buku itu akan menjadi lingkaran – lingkaran yang kosentris dan puncak
kerucut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi
titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
5.
Pecahan a/b selanjutnya dapat
menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang
datar. Jarak antara kedua daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b
x 360o yang disebut sudut divergensi , ternyata didapati pecahan a/b
dapat terdiri dari pecahan ½,1/3,2/5,3/8,5/13,8/21 dan seterusnya.
6.
Daun Kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis) merupakan contoh daun yang tersebar (folia sparsa) dengan rumus daun 2/5. sudut
divergensinya 2/5 x 360° = 144°.
7.
Tumbuhan alamanda (Allamanda cathartica L.) letak daunnya berkarang
atau tersusun dalam satu lingkaran sehingga sulit ditentukan rumus daunnya.
8.
Tumbuhan pandan (Pandanus sp.) letak daunnya tersusun dalam spiral
yang memperlihatkan 3 spirostik sehingga tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
9.
Tumbuhan bayam (Amaranthus
spinosus L.) mempunyai daun yang tersebar (folia sparsa) dengan rumus daun 2/5, sudut divergensinya
2/5 x 360° = 144°.
10.
Tumbuhan pepaya (Carica
papaya L.), mempunyai daun yang tersebar (folia sparsa) dengan rumus daunnya 3/8 dan sudut divergensinya
3/8 x 360° = 135°.
DAFTAR PUSTAKA
Amintarti, Sri
dan M.Arsyad. 2015 Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan.FKIP UNLAM : Banjarmasin.
Anonim a.2015 : http://202.67.224.130/pdimage/53/4084853_kembang-sepatu-merah.jpg (diakses tanggal 11 Maret 2015)
Anonim b.2015 : http://herba.berita1.com/wp-
content/uploads/2011/09/alamanda03.jpg (diakses tanggal 11 Maret 2015)
Anonim c.2015 : http://img.21food.com/20110609/product/1307455623828.jpg (diakses tanggal 11 Maret 2015)
Anonim d.2015 : http://www.tokoherbalsolo.com/wp-content/uploads/2013/04/bayam-duri.jpg (diakses tanggal 11 Maret 2015)
Anonim e.2015 : https://aws-dist.brta.in/2014-02/aba6b249bb698b232e0711c0b1c3589b.jpg
(diakses tanggal 11 Maret 2015)
Cronquist, A. 1981. An
Integrated System of Flowering Plants. Columbia
University: New York.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan. UGM
Press: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar